Sang surya datang Menyusuri hening pagi Peluk kedalaman suara-suara senyap Bernama keadilan Kita sampai jemu Menunggu sadarmu Menahan rakusmu Ego sialan! Manusia tanpa pikir Lelehkan nurani Menguap bersama pergantian hari Hingga tak ada kata laju lagi Kita tak tahu lagi entah Ada apa manusia manusia kita Hilang sudah esok hari Bertabrakan tiada…
Kategori: Puisi
Kabar
Tak peduli dibaca atau tidak Aku akan terus berkirim kabar Meski jauh dari istimewa Setidaknya kata sudah mewakilkan Serupa puing di reruntuhan Rasa terserak itu ada Di balik lengking senyuman Sirat sayat batin keagungan Jika hikayat tertambat Merenungkan kisah cumbu jiwa Tak perlu lagi tanyakan Apa masih ada rasa Hari esok melajukan…
Di Pangkuan Rindu
Sampai kelak menyatu bumi Aku kan berada pada rasa yang sama Seperti saat pertama kita Mengeja kata :cinta Lihatlah tumbuhan hijau mewarna hari Kurekam dalam memori Hingga suatu hari ia ada Bercerita bersama di gubuk sederhana kita Dan hari ini Kita masih ada di sini Merangkai serpihan rindu Dekap erat masa di hadapan…
Kreasi Langgas
Lebarkan senyum Tangan mengepal Ubah tak cukup sekejap Terjal jauh dari lapang Kreasi kepakkan jati diri Kibarkan langgas Ke langit luas Lepas lepaslah Injak gundahmu Jika ia meletak belenggu Peluk segala warnanya Tanpa kenal tetapi
Rasa Bahasa
Bahasa menggulirkan kita kepada Negeri bersahut makna Segenggam rasa Yang dipinggirkan Bahasa menuntun kita menuju Kotak antah berantah Dibumbui beda Yang jamak adanya Rasa Bahasa Bahasa Rasa Untuk kita yang merajut Cinta tanpa pandang siapa
Kenang
Kuingat kau pernah mencarinya Meski kini ada hanya disetubuhi ingatan Menyematkan tanya untuk masa mendatang Kau gelar karpet duka bernama kenangan Setelah saling bertatap Bicara dalam diam Apakah rindu ini bersekat muram Kita sepakat pada langit menggantung gelap Betapa renta jika tahu usia Yang tak lagi bisa menggenggam tatapan Gelak tawa bersembunyi Pecah…
Anak-Anak Matahari
Tak sedikitpun melangkah mundur Meski menggigil ditiup pagi Terbakar dijilat siang Getir dilalap malam Anak-anak matahari Mendudukkan sunyi Pada kota yang gaduh Menyelipkan mimpi Masuk merasuki Alam pikirnya Lantas raib dimakan rayap Merambati dinding hati Suara-suara rapuh Siap saji di hajatan lima tahun berikutnya
Bantah
Suatu masa Senandungkan gundah Bunga-bunga mengabu menghitam Gelisah digentayangi harapan Pernah terlintas menerjang keindahan Yang tampak semu hiasi bayangan Ketika raga tak lagi mampu bertahan Dari keadaan begitu lama dalam bungkam Hari hari kini adalah perjalanan satu rasa Hembus hangat kedalaman surya Cahaya yang kadang tinggikan Hingga terjerembab dimakan tanah Bantah, bantah…
Eksesif
Jika rasa terus dipacu Menuju titik akhir Semua ingin menjadi milik Masihkah ada sisa? Jika kau paksa telan semua Merampas yang bukan milik Lekat dalam keseharian Buat apa itu semua? Menebalkan dinding pertukaran makna Tanda tanda mengikatmu Pergi kian jauh Memasung rongga luka Jika jiwa tak lagi nafaskan Gelombang tak mampu bangkitkan…
Menyapa Semesta
Semesta Kau pasti kenali Belaian sayap burung besi Dan deru dengkurannya Saat senja merona Mengintip antara gradasi aneka warna Di kanvas langit Kala pandang merayapinya Dari kejauhan terlintas sang pencakar langit alami Melambai padaku Seraya berkata bahwa ia tak mengapa Jangan merisau